05 February 2013

Asbabun Nuzul Karangan An-Nisaburi (Free Download)

| More

Asbab al-Nuzul adalah konsep, teori atau berita tentang adanya “sebab-sebab  turun”-nya  wahyu tertentu dari al-Qur’an kepada Nabi s.a.w., baik berupa satu ayat, satu rangkaian  ayat  atau satu  surat. Konsep ini muncul karena dalam kenyataan, seperti diungkapkan para ahli biografi Nabi, sejarah al-Qur’an  maupun sejarah  Islam,  diketahui  dengan  cukup pasti adanya situasi atau konteks tertentu diwahyukan  suatu  firman.  Beberapa  di antaranya  bahkan  dapat  langsung disimpulkan dari lafal teks firman bersangkutan. Seperti, misalnya, lafal  permulaan  ayat pertama  surat  al-Anfal  menunjukan dengan jelas bahwa firman itu diturunkan  kepada  Nabi  untuk  memberi  petunjuk  kepada beliau   mengenai   perkara   yang  ditanyakan  orang  tentang bagaimana membagi harta rampasan perang.  Atau  seperti  surat al-Masad  (Tabbat),  adalah jelas turun dalam kaitannya dengan pengalaman Nabi yang menyangkut seorang tokoh  kafir  Quraisy, paman  nabi  sendiri,  yang  bernama atau dipanggil Abu Lahab, beserta istrinya. Demikian juga,  dari  lafal  dan  konteksnya masing-masing   dapat   diketahui   dengan  jelas  sebab-sebab  turunnya surat Abasa al-Tahim, ayat tentang  perubahan  bentuk rembulan  (al-ahillah)  dalam surat al-Baqarah/2:189, dan lain sebagainya.


Pengetahuan  tentang  asbab  al-Nuzul  akan membantu seseorang memahami konteks diturunkannya sebuah ayat suci.  Konteks  itu akan  memberi  penjelasan tentang implikasi sebuah firman, dan memberi  bahan  melakukan  penafsiran  dan  pemikiran  tentang bagaimana mengaplikasikan sebuah firman itu dalam situasi yang berbeda.

26 December 2012

ADA APA DENGAN PERBEDAAN TULISAN بسم dan باسم DALAM AL-QUR’AN?

| More
Al-Qur’an adalah kitab suci yang memiliki lafal-lafal paling fasih, terangkai dalam struktur paling indah dan mengandung makna paling sahih dan paling benar. Setiap kata dalam Al-Qur’an memiliki makna yang tepat dan mendalam. Struktur dan makna dalam setiap kalimat ini, tak bisa dipisahkan. Contohnya bisa kita lihat dalam surat al-Fatihah ayat 5:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan”

Dalam struktur kalimat normal, seharusnya kalimat tersebut adalah إِيَّاكَ نَعْبُدُ , tapi al-Qur’an menggunakan struktur إِيَّاكَ نَعْبُدُ karena memiliki tujuan, yaitu di dalamnya terkandung makna pengkhususan sehingga bila struktur إِيَّاكَ نَعْبُدُ artinya adalah kami beribadah kepada-Mu, tapi struktur إِيَّاكَ نَعْبُدُ artinya menjadi “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah”.

Demikianlah bahwa struktur dan makna sangat berkaitan. Termasuk didalamnya penulisan setiap kata dalam al-Qur’an. Ada beberapa kata yang ditulis secara berbeda, dan itu bukanlah sebuah kesalahan dan tidak juga merupakan sebuah kebetulan, tapi justru sebuah keunikan bahasa al-Qur’an yang memiliki tujuan. Penambahan dan pengurangan huruf nya pasti mengandung makna yang sangat mendalam.

Salah satu kata dalam al-Qur’an yang memiliki bentuk tulisan yang berbeda adalah kata بسم dan باسم. Kita sering melihat fenomena ini, karena dua kata ini cukup familiar di telinga ini, kata بسم sering kita baca dalam fatihah dan sering kita tulis pada saat kita menulis basmallah, sementara kata باسم sering kita baca dalam surat al’alaq.

Dalam kitab “I’rab al-Qur’an wa Bayanuhu” diceritakan bahwa dahulu, kaum Quraisy sebelum Islam, menulis kata “باسمك اللّهمّ” yaitu dengan menggunakan alif, termasuk Rasulullah Saw juga menulis باسمك dengan menggunakan alif, hingga al-Qur’an datang dan menawarkan alternatif tulisan yang berbeda yaitu tanpa alif menjadi بِسْمِ اللَّهِ, dan fenomena ini menjadi kajian menarik bagi para ahli bahasa dan ulama tafsir. Ada berbagai pendapat dari para ulama yang bisa menjelaskan tentang penambahan dan pengurangan huruf alif pada dua kata tersebut.

Fenomena tersebut memunculkan beberapa argumentasi, yaitu:
  1. Adanya tulisan suatu kata yang berbeda dalam al-Qur’an mengarahkan bahwa ada hal penting yang bisa direnungi
  2. Penambahan huruf pada suatu kata yang berbeda dengan kata biasanya, berarti penambahan pola kata itu akan berpengaruh pada penambahan makna kata tersebut.
  3. Penambahan pola kata memungkinkan pada makna perlu pelan-pelan, lambat, perhatian, perenungan atau pemisahan bagian-bagiannya.
  4. Pengurangan huruf dalam suatu kata bisa berarti pada penyusutan kejadian, penyusutan makna dan penekanannya atau kerapatan bagian-bagiannya.
Mari kita lihat ayat-ayat yang mengandung kata بسم dan باسم .

06 December 2012

Inilah Para Pencuri Sholat

| More

“Sungguh sejahat-jahatnya pencuri dari kalangan manusia adalah orang yang mencuri shalatnya.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud mencuri shalatnya?” Beliau Saw berkata, “Ia tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya. Dan sungguh orang yang paling pelit (kikir) adalah orang yang pelit mengucapkan salam. (HR. Thabrani & Hakim)
Shalat adalah salah satu ibadah yang wajib dilakukan oleh muslim yang berakal dan telah baligh. Semua Ulama baik salaf maupun khalaf sepakat akan kewajiban shalat dan menghukuminya fardhu ‘ain, kewajiban yang wajib dilakukan oleh tiap-tiap individu. Shalat termasuk rukun Islam yang kedua dan wajib ditegakkan. Sebegitu wajibnya shalat sampai tidak ada rukhsah (keringanan) untuk meninggalkannya bagi seorang muslim. Kalau terlupa/tertidur kita wajib melaksanakan shalat ketika ingat. Jika tidak ada air untuk berwudhu, kita dapat menggantinya dengan tayamum. Menjaga shalat juga merupakan wasiat Rasulullah sebelum meninggal dunia. “Jagalah shalat, jagalah shalat dan hamba sahayamu”

Pencuri Shalat

Di era modern kini dan di tengah ketatnya persaingan dunia, baik dalam hal bisnis, ekonomi, politik dan sosial budaya, semua orang menginginkan hidup serba instan. Semua ingin dijalankan dengan cepat dan instan serta mudah. Tak terkecuali dalam hal ibadah termasuk shalat. Dengan alasan ingin mempersingkat dan mengefektifkan waktu, banyak muslim yang tergesa-gesa dalam melaksanakan shalat. Hal ini telah diingatkan dengan tegas oleh Rasulullah empat belas abad yang lalu dalam redaksi Thabrani dan Hakim.

“Sungguh sejahat-jahatnya pencuri dari kalangan manusia adalah orang yang mencuri shalatnya.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud mencuri shalatnya?” Beliau Saw berkata, “Ia tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya. Dan sungguh orang yang paling pelit (kikir) adalah orang yang pelit mengucapkan salam.”

Rasulullah menyebutnya dengan istilah “pencuri yang paling jahat” bagi muslim yang tidak menyempurnakan shalatnya. Tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya. Kita sering marah ketika ada seseorang yang mencuri sandal kita, terlebih lagi jika kita yang menjadi para pencuri shalat karena tergesa-gesa dan tidak menyempurnakan shalat baik dalam rukuk, sujud maupun salamnya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...