Ditulis oleh : M. Nida’ Fadlan
HAMZAH FANSURI – PELOPOR SASTRA SUFI MELAYU
Hamzah Fansuri lahir pada paruh kedua abad ke-16 di kota Barus atau Fansur di Pantai Barat Sumatera. Ia merupakan seorang ahli tasawuf, zahid, dan mistik yang mencari penyatuan dengan al-Khalik. Corak pemikirannya banyak dipengaruhi oleh Abd al-Qadir al-Jilani, Ibn Arabi, dan Abd al-Karim al-Jili terutama dalam tiga prosanya yang berbahasa Melayu yaitu Syarab al-Asyikin, Asrar al-Arifin, dan al-Muntahi.
Hamzah Fansuri termasuk seorang dari para perintis jalan baru di dunia sastra Melayu. Karya-karyanya menjadi pertanda lahirnya era puisi Melayu klasik. Ia telah membuka cakrawala perkembangan prosa mistik keagamaan yang bersifat ilmiah.
Beberapa ciri dari karya sastra Hamzah Fansuri, yaitu:
1. Karya-karya prosanya umumnya sederhana, mudah dipahami, plastis, dan ekspresif dengan menggunakan analogi-analogi alam.
2. Menciptakan citra-citra dan terutama ibarat-ibarat sekaligus melestarikan golongan penduduk kota Melayu yang cakap dalam bidang pekerjaan masing-masing.
3. Banyak menggambarkan peranan perdagangan yang mendominasi kehidupan di Aceh dan Barus.
4. Syair-syairnya singkat dan menampakkan kemiripan dengan gazal Parsi.
5. Tiga lambang terbesar dalam karya sastranya adalah adanya simbol menggunakan kata laut, kekasih, dan anggur.
Syair-syair Hamzah Fansuri digolongkan pada dua kelompok yaitu Syair Dakwah dan Syair Simbolik. Karya-karyanya banyak persamaan dengan karya penyair Parsi terutama terdapat pada syair-syair tentang anggur.
PROSA OLEH PARA PENULIS DARI ACEH PADA ABAD KE-17
SAMSYUDDIN DARI PASAI
Dalam beberapa karyanya, Syamsuddin selalu mempertunjukkan dirinya sebagai ahli tasawuf yang berpegang pada pertimbangan logis dan sistematis serta didominasi motif-motif etika dan renungan-renungan abstrak dengan beberapa citra simbolik dan perumpamaan yang menarik.
Perumpamaan menarik ia tunjukkan dalam Syair Perahu , yaitu: