Namanya Ra’il binti Ra’ayil atau Ra’el binti Ra’ael. Nama ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir Ath Thabari dan Ibnu Abi Hatim dari Muhammad bin Ishaq. Sementara namanya yang lain bersumber dari riwayat Abu Asy Syaikh dari Syu’aib Al Juba’i. Sedangkan kebanyakan ulama’ yang berhati-hati lebih suka menyebutnya seperti yang disebutkan Allah dalam Al Qur’an: Imra’atul Aziz. Maka, izinkan saya kali ini menggunakan nama menurut versi Yahudi itu, Ra’il binti Ra’ayil.
Adalah sudah mafhum di dalam lintasan sejarah yang kita pelajari: kisah Yusuf dan Ra’il. Seorang perempuan yang sangat cantik dan merupakan ibu angkat dari Yusuf muda. Ia adalah seorang istri Menteri Keuangan di negara Mesir kala itu. Seorang istri yang kesepian karena bersuamikan seorang lelaki yang mandul yang tidak pernah menggaulinya. Tidak pernah memberikan haknya sebagai seorang istri berupa kebutuhan biologis. Kebutuhan rohani untuk meredam gejolak syahwatnya.
Maka, mendapati seorang pemuda berwajah tampan yang ketampanannya merupakan ketampanan setengah lelaki di bumi, Ra’il pun tergetar hatinya. Interaksi yang intens di dalam rumah dengan lawan jenis mau tidak mau memunculkan syaitan di dalam dirinya. Mulailah timbul benih ketertarikan di dalam diri Ra’il terhadap Yusuf yang tampan. Padahal suaminya telah berpesan agar ia menjaganya sebagai seorang putra.
Ra’il yang dibakar nafsu menyusun rencana keji kepada Yusuf muda. Ia pun menutup pintu-pintu di dalam rumahnya hingga hanya menyisakan dirinya dan Yusuf berdua. Tidak ada yang melihat mereka kecuali Allah. Seorang perempuan cantik dan lelaki tampan di dalam sebuah ruang tertutup. Syaitan semakin membakar birahi Ra’il.
“Marilah ke sini!” ajak Ra’il kepada Yusuf (Yusuf: 23)