Isi al-Qur’an begitu luas dan dalam. Ibarat laut yang tidak ada tepinya. Isinya tidak akan habis-habisnya ditimba. Said Jamaluddin al-Afgany berkata, “ Al-Qur’anul Karim tetap selalu seperti anak perawan”. Artinya selalu diinginkan oleh ilmuan untuk menggalinya. Hidayah dan petunjuknya tatap abadi sampai akhir zaman. Sesuai dengan perkembangan sosial-budaya dan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka sudah waktunya diusahakan peningkatan penterjemahkan dan penafsirkan al-Qur’anul Karim sesuai dengan kemajuan yang ada. Tafsir Rahmat karya H. Oemar Bakry adalah sebagi salah satu jawaban yang merefleksikan bagimana al-Qur’an dipahami di abad modern.
Pemikiranya banyak dipengaruhi oleh Muhammad Hatta (Wakil Presiden Indonesia pertama) teutama dalam persoalan politik,[1] dan tokoh-tokoh reformis Islam diantaranya Muhammad Abduh, Sayid Qutub, Mahmud Yunus terutama dalam persoalan-persoalan agama.
Biografi H. Oemar Bakry
Pada tahun 1978 nama Oemar Bakri mulai banyak dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia terutama oleh kaum akademisi dan cerdik-cendikia. Hal ini terkait dengan keberanianya mengkritisi buku Al-Qur’an Bacaan Mulia karya H.B. Yassin paus sastra nusantara.
Menurut Howard M. Federsfiel, Oemar Bakri termasauk salah satu ilmuan independen, penulis yang produktif serta aktif berdakwah dalam menegakan dan menyebarkan agama Islam. Selain itu Bakry juga merupakan pengusaha yang sukses di bidang percetakan.[2]
Haji Umar bakry lahir di desa Kacang Sumatra barat 26 Juni 1916, menempuh pendidikan dasarnya di SD Kacang dan sekolah sambungan di Singkarak, ia meneruskan ke sekolah Thawalib dan Diniyah putera Padang Panjang. Tamat di Diniyah 1931 dan Thawalib 1932. kemudian melanjutkan pada sekolah Kuliyatul Mualimin Islamiyah Padang, tamat tahun 1936 dengan nilai terbaik. Kemudian melanjutkan ke fakultas Sastra Universitas Indonesia, namun tidak sampai tamat.
Umar bakry adalah salah satu staf pengajar pada sekolah thawalib padang panjang tahun 1933 sampai 1936. dan menjadi direktur sekolah guru Muhammadiyah di padang Sidempuan 1937. Ia juga guru thawalib padang panjang 1938, direktur The Public Typewriting School yang didirikan 21 Januari 1938 di padang panjang. Kemudian namanya diganti dengan Taman kemajuan dan masih berdiri sampai sekarang.
Beliau juga seorang aktifis dakwah disumatera barat, jakarta dan bandung. Melalui berdakwahlah nama beliau semakin mencuat dan dikenal oleh masyarakat luas. Terutama ketika mengomentari karya H.B.Yasin Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia pada tahun 1978. [3] Selain di dalam negeri, aktifitas dakwah beliau juga sampai ke Mesir yaitu dengan memberikan ceramah di Universitas al-Azhar kairo pada tanggal 22 Desember 1983, di IAIN Sunan Ampel surabaya 11 Februari 1984, di IAIN Imam Bonjol Padang pada 26 maret 1984 dan di Universitas Bung Hatta 28 maret 1984.
Selain sebagai seorang pengajar atau guru dan juga da’i, dibidang politik beliau adalah anggota Partai Persatuan Muslim Indonesia (PERMI) pada tahun 1930-an, anggota MASYUMI dan pernah menjadi pimpinan MASYUMI sumatera tengah. Selain itu, beliau juga seorang pengusaha percetakan dan pernah menjadi ketua IKAPI (Ikatan Percetakan Indonesia) Jakarta Raya beberapa periode, ketua Yayasan al-Falah, Yayasan Pemeliharaan Kesucian al-Qur’an al-karim, dan yayasan Thawalib Jakarta. Pimpinan penerbit angkasa di Jakarta dan Mutiara di Bandung.
Karya-karya beliau diantaranya,
- Tafsir Madrashi (bahasa Arab),
- Uraian 50 hadis
- Memantapkan rukun Iman dan Islam
- Apakah ada nasikh dan Mansukh dalam al-Qur’an.
- Al-Qur’an Mukjizat yang terbesar kekal dan abadi.
- Keharusan memahami isi al-Qur’an
- Pelajaran Sembahyang
- Kebangkitan umat Islam di abad ke-15 Hijriyah
- Polemik Haji Umar bakry dengan H.B.Yasin tentang al-Qur’an bacaan mulia.
- Islam menentang sekulerisme
- Bung Hatta selamat cita-citamu kami teruskan.
Latar Belakang dan Tujuan Penulisan
Oemar Bakry menemakan tafsirnya dengan nama Tafsir Rahmat. Dinamakan demikian karena sesuai dengan tujuan diturunkanya al-Qur’an sebagai rahmat bagi alam semesta. Allah menurunkan al-Qur’an agar dipahami dan diamalkan isinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt: “Sesungguhnya kami menurunkan al-Qur’an al-karim berbahasa arab agar kamu memikirkannya “. (Q.S. Yusuf:2).
Secara verbal Al-Qur’an ditulis menggunakan bahasa Arab, sementara kita masyarakat Indonesia masih minim pemahamannya terhadap bahasa arab. Dengan demikian, terjemahan dan tafsir al-Qur’an dalam bahasa Indonesia sangat dibutuhkan. Adanya transliterasi Al-Qur’an dari bahasa Arab kebahasa Indonesia, dimaksudkan supaya masyarakat bisa memahami al-Qur’an (meskipun mereka tidak memehami bahasa Arab) dan bisa mengamalkan isi al-Qur’an sesuai dengan yang ia pahami.
Sekarang sudah disebut zaman ruang angkasa, zaman ilmu pengetahuan dan teknologi. Umat Islam yang diseru oleh al-Qur’an itu selalu berkembang alam pikirannya, cara hidup dan kehidupannya, singkatnya berkembang disegala kehidupannya. Sesuai dengan sabda rasulullah, “Berbicaralah dengan manusia sesuai dengan tingkat kecerdasannya”. Mengenai bahasa tentu sesuai dengan perkembangan bahasa itu. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa melayu, sekarang sudah menjadi bahasa nasional, bahasa perasatuan bangsa. Susunannya, ejaannya, cara menulisnya sudah jauh sekali berbeda dengan dahulu kala. Kita disuruh berkomunikasi dengan bahasa yang dapat dipahami oleh pendengar ataupun pembaca.
Sejumlah fakta di atas menjadi sebuah alasan mengapa Oemar Bakri berkata bahwa “tugas kita sekarang adalah melanjutkan dengan menulis terjemahan dan tafsir sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar”,[4] yaitu terjemahan yang sesuai dengan tata bahasa yang berlaku (EYD).
Menurut Oemar Bakry, ada tiga syarat yang mesti ada pada seorang penterjemah, yaitu:
- Menguasai bahasa buku yang akan diterjemahkanya
- Menguasai bahasa yang akan ditulisnya
- Isi buku yang akan diterjemahkan itu memang bidangnya[5]
Secara singkat dari penjelasan diatas, menurut pemaklah bahwa yang melatar belakangi (intellectual history/history of ideas)[6] atau yang memberikan motivasi Umar bakry dalam menyusun Tafsir Rahmat adalah:
- Minimnya masyarakat Indonesia yang memahami bahasa arab, sehingga mereka tidak bisa memahami al-Qur’an.
- Meskipun sudah ada terjemahan dan tafsir al-Qur’an dengan menggunakan bahasa Indonesia, namun masih menggunakan ejaan lama dan juga terlalu leterlek, sehingga susah untuk dipahami.
- Al-Qur’an tidak bertentangan dengan Ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tafsir Rahmat menurut Howard M. Federspiel mempunyai dua keistimewaan, yaitu:[7]
- Karyanya menggunakan bahasa Indonesia modern dan lebih memperihatinkan perkembangan zaman daripada tafsir-tafsir yang lebih tua
- Menekankan bahasanya pada kesesuaian al-Qyr’an dengan perkembangan teknologi
Secara umum, tujuan Oemar Bakry menulis Tafsir Rahmat adalah memberikan kemudahan bagi mereka yang tidak atau kurang pemahamanya terhadap bahasa Arab untuk bisa memahami al-Qur’an sehingga dapat mengamalkan isinya, menterjemahkan dan menafsirkan al-Qur’an sesuai dengan EYD (ejaan yang disempurnakan), dan membuktikan bahwa al-Qur’an tidak bertentangan dengan sains dan teknologi.
Metode dan sistematika Penulisan.
Tafsir Rahmat disusun mengikuti model Tafsir al-Mufasar karya Muhammad Farid Wajdi. Tafsir ini dibuat hanya satu jilid dengan tujuan untuk memudahkan para pembaca mengambil petunjuk dan hidayah dari al-Qur’an. Uraianya padat dan singkat, di dalamnya tidak terdapat unsur-unsur khilafiah dan tidak pula mencampuradukanya dengan cerita-cerita israiliyat.[8] terjemahan dan tafsirnya disusun selaras dengan halaman al-Qur’an. Penulisan tasir ini telah diusahakan sejauh mngkin agar padat, ringkas, baik bahasanya dan tepat isinya.[9]
“Tafsir ini disusun dengan perombakan-perombakan baru dalam terjemah, sehingga terjemah itu mudah dimengerti oleh pembaca. Sebaliknya isi al-Qur’an harus tetap dijaga jangan sampai salah. Jadi yang kita perlukan bahasa baik isi benar”.[10]
Tafsir rahmat secara metodologi penafsiran, tergolong kedalam metode tahlili yaitu menafsirkan al-Qur’an sesuai dengan mushaf atau susunan al-Qur’an. Sistematika penulisannya sesuai dengan tertib mushafi. Diawal surat tertera gambaran umum mengenai kandungan surat, baik kajian pokok, isi, jumlah surat, diturunkannya surat dan sebagainya.
Tersedia pula di dalam tafsirnya satu indeks tema-tema al-Qur’an yang dilengkapi dengan rujukan ke teks-teks yang sesuai. Tema-tema tersebut berhubungan dengan masalah keimanan, penyembahan, perkawinan, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan, ekonomi, masyarakat dan bangsa, identitas budaya dan sejarah. Corak tafsir rahmat tergolong kedalam corak penafsiran global atau umum. Namun meskipun demikian, dalam tafsir ini juga banyak disinggung soal ilmu dan teknologi.[11]
Sumber Utama dalam penafsirannya
- Tafsir al-manar karya syaikh Muhammad rasyid Ridha
- Tafsir al-Maraghi karya Ahmad Musthofa al-Maraghi
- at-Tafsirul farid fil Qur’ani Majid karya Muhammad Abdul Mu’in al-Jamal
- Tafsir Ibnu katsir
- Fi Dzhilalil Qur’an karya Sayyid Quthb
- Tafsir al-Qur’an karya prof. H. Mahmud Yunus
- Al-Qur’an dan terjemahnya oleh dewan penerjemah Departemen agama
- Tafsir Qur’an karya H. Zainuddin Hamidi dan Fakhrudin H.S.
- Tafsir al-Bayan karya Hasbi ash-Shidiqi
REFERENSI
- Bakri, H. Oemar, Tafsir Rahmat
- Polemik H. Oemar Bakri dengan H.B. Jassin tentang Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia, (Jakarta: Mutiara, 1979)
- Federspiel, Howard M, Kajian Al-Qur,an di Indonesia dari Mahmud Yunus Hingga Quraish Shihab, (Bandung: Mizan,1996)
Footnote:
[1] . beliau adalah pengagum berat Bung Hatta, untuk lebih jelasnya lihat salah satu karya bakry Selamat Jalan Bung Hatta Cita-Citamu Kami Teruskan.
[2] . Howard M. Federspiel, Kajian Al-Qur,an di Indonesia dari Mahmud Yunus Hingga Quraish Shihab, (Bandung: Mizan,1996), hal.105
[3] . Menurut bakry, H.B yasin (paus sastra Indonesia) tidak menguasai bahasa Arab. Pada bulan Puasa Bakry menjual Buku-buku agama dengan diskon 20%. Menurut stap pejualan buku, yang keras terjual adalah buku H.B. Yassin Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia. Mulai dari sinilah bakry tergerak untuk mengetahui buku tersebut. Setelah ia baca, ternyata banyak sekali kesalahan-kesalahan Yasin ketika menterjemahkan al-Qur’an.
[4] . Tafsir Rahmat, x
[5] . Polemik H. Oemar Bakri dengan H.B. Jassin tentang Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia, (Jakarta: Mutiara, 1979), hal.36.
[6] . artinya, kita mengkaji sejarah pemikiran ulama dan sekaligus latar belakang mengapa ulama tersebut berpendapat seperti itu atau terhadap organisasi keagamaan mengapa para ulama dari organisasi tersebut berpendapat seperti itu.
[7] . Howard M. Federspiel, Op.Cit. hal. 156
[8] . Rahmat, xvi
[9] . ibid
[10] . Tafsir Rahmat, xiii
[11] . contohnya bisa dilihat dalam Tafsir Rahmat, halaman xiv
mohon informasi, di toko buku mana saya bisa membeli Al Quran Tafsir Rahmat Karya Oemar Bakry ?, psosisi saya di Semarang
ReplyDeleteSaya ada referensi toko buku online yg mungkin masih jual/stok tersedia. Coba buka link ini :
ReplyDeletehttp://www.palasarionline.com/detail.php?kode=ANG0197
http://mitraahmad.net/buku-tafsir_rahmat_basa_sunda_1_set_3_jilid-1167.html
atau di search aja di goggle.