25 January 2011

Jaringan Ulama Asia Tenggara

| More
Hubungan antara kaum Muslimin melayu Asia Tenggara dengan Ulama Timur Tengah telah terjalin sejak masa awal-awal Islam. Para pedagang Muslim dari Arab , Persia, dan Anak benua India yang mendatangi kepulauan Nusantara tidak hanya berdagang, tetapi dalam batas tertentu juga menyebarkan Islam kepada penduduk setempat. Penetrasi Islam di masa lebih belakangan tampaknya lebih-lebih dilakukan oleh para guru sufi. Yang sejak akhir abad ke 12 datang dalam jumlah yang besar ke Nusantara.

Masalah-masalah yang penting disini tentang jaringan global dengan referensi khusus pada ulama Melayu Indonesia beserta kecenderungan-kecenderungan intelektual mereka dalam abad ke pembaruan, yaitu abad 17 dan 18 dan juga merupakan pembahasan tentang peranan jaringan ulama dalam tranmisi gagasan di Nusantara.

Dalam jaringan Ulama di Asia Tenggara tidak terlepas dari beberapa Ulama yang berpusat di Mekah dan Madinah dan hubungan-hubungan mereka dengan negeri-negeri Muslim yang lain. Banyak ulama-ulama terkenal yamg sangat berperan dalam Islam seperti Abd-Al- Ra’uf Al-Sinkili dan Syeh Yusuf Al- Maqassari bahkan dalam jaringan Ulama Internasional dan juga masih banyak ulama–ulama yang lain

Adapun ciri-ciri yang menonjol dari jaringan ulama adalah saling pendekatan (rapprochement) anatara para ulama berorientasi pada syariat (lebih khusus lagi para fuqaha) dan para sufi mencapai puncaknya. Sikap saling pendekatan antara Syariat dan tasawuf (sufisme) dan masuknya para Ulama ke dalam tarekat mengakibatkan timbulnaya “neo sufisme” menurut Fazlur Rahman neo-sufisme adalah Tasawuf yang telah di modifikasi atau di perbaharui dan digantikan dengan kandungan yang tidak lain dari dalil-dalil ortodoksi Islam. Tasawuf model baru ini menekankan dan memperbaharui Faktor-faktor moral asli dan control diri yang puritan dalam tasawuf dengan mengorbankan cirri-ciri berlebihan dalam tasawuf popular yang menyimpang.

Renaisance Muslim di Thailand

| More
Islam merupakan agama yang kuat. Dalam hal ini, Islam memberikan penjelasan terhadap realitas yang terjadi. Meskipun Islam dilahirkan di negeri Padang Pasir, namun Islam sanggup memberikan pemahaman yang lain pada masyarakat di lain tempat. Seperti di Thailand, Patani adalah satu dari sekian banyak tempat di Asia Tenggara yang menjadi pusat perkembangan masyarakat ketika itu.

Makalah ini sebagai upaya penyelidikan terhadap atas yang taerjadi di Thailand khususnya Patani pada masa kejayaan kerajaan Islam oleh para Ratu yang memerintah kerajaan pada waktu itu. Dan juga menganalisa tentang sebab dan akibat kebangkitan maupun keruntuhan kerajaan tersebut

Perkembangan tradisi pengetahuan Islam dan juga penyebaran gerakan pembaharuan di wilayah Melayu Muslim. Patani adalah orang-orang Melayu baik secara etnis maupun budaya. Peralihan keyakinan penduduk wilayah Patani di Thailand selatan ke Islam, terjadi sejak abad ke 12 hingga abad ke 15. Kesultanan Patani adalah sebuah kerajaan yang cukup banyak penduduknya dan makmur di Semenanjung Melayu hingga sampai ia jatuh di bawah kekuasaan Thai pada tahun 1202/1786 pelabuhannya juga merupakan pusat perdagangan penting bagi para pedagang Asia dan Eropa.

1.  Perkembangan Islam di Patani (1584-1688)
 Pemerintahan dan perkembanagan Islam di Thailand tidak lepas dari kerajaan Islam Patani yang mencapai puncaknya pada masa pemerintahan para Ratu (1584-1688) diantaranya Ratu Hijau, Ratu  biru , Ratu Ungu, dan Ratu Kuning (1584-1688). Patani terletak di sebelah Utara Malaysia antara Laut Cina di sebelah Timur, lautan Hindia di sebelah Barat, dan Thailand di sebelah Utara. Penduduknya beragama Islam dan berbicara dengan bahasa Malayu. Kehidupan mereka seperti di Malaysia dan Asia Tenggara.[1]


22 January 2011

Sebuah Dunia Tanpa Islam (2)

| More
Sebuah dunia (yang tidak mungkin) tanpa Islam, sebagaimana substansi dari judul buku Graham Fuller, A World Without Islam (New York: Little & Brown, 2010). Meski demikian, Fuller sesuai judul bukunya, Washington (pemerintah AS dan Barat lainnya) dalam merumuskan kebijakan-kebijakannya di Timur Tengah harus berlaku seolah-olah 'tidak ada' Islam di Timur Tengah. Sebagian besar masalah di kawasan ini bisa ditangani dan diselesaikan tanpa melibatkan Islam sebagai sebuah penjelasan dan faktor yang memengaruhi terciptanya berbagai masalah.
 
Menurut Fuller, melibatkan Islam sebaliknya dapat mengaburkan pemahaman tentang hakikat masalah-masalah yang ada di kawasan ini; meski tentu saja banyak masalah itu terbungkus simbol dan retorik Islam. Dengan begitu, AS dan Barat tidak lagi dengan cepat selalu dapat menyalahkan Islam atas segala masalah di Timur Tengah; sama dengan kaum Muslim yang tidak bisa menyalahkan Barat atas masalah-masalah yang mereka hadapi.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...