18 January 2012

Konsep Pendidikan Islam Menurut Athiyah Al-Abrasyi

| More


Judul
:
Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam (Terj.)
Judul Asli
:
Al-Tarbiyah Al-Islamiyah wa Falsafatuha
Pengarang
:
Prof. Dr. M. Athiyah Al-Abrasyi
Penerbit
:
PT. Bulan Bintang Jakarta
ISBN
:
979-418-106-4
Tahun
:
1993 (Cetakan ke-7)
Tebal
:
xiv  +  218 halaman, 14½ x  21  cm.

Prinsip-prinsip pendidikan modern yang mulai didengungkan pada pertengahan abad ke-20, sampai sekarang negara-negara modern belum mampu untuk melaksanakannya sepenuhnya. Namun sebenarnya, apabila diperhatikan lebih jauh dan cermat, Islam telah melaksanakan prinsip-prinsip pendidikan modern ratusan tahun silam, di zaman keemasannya sebelum dicetuskannya sistem pendidikan modern tersebut.
Di antara prinsip-prinsip ideal dalam pendidikan Islam adalah mengajarkan berpikir bebas dan mandiri dalam belajar, kemerdekaan dan demokrasi dalam mengajar dan sistem belajar, memperhatikan pendidikan akhlak, mengasihi dan menyayangi peserta didik sepenuh hati, melakukan ekskursi-ekskursi ilmiah, mendirikan banyak perpustakaan dengan koleksi buku yang lengkap, mengadakan penelitian ilmiah, dan mengajar sejak dari ayunan sampai ke liang kubur.

Tujuan Pendidikan Islam
Memaknai pendidikan Islam secara sederhana adalah seperti mendefinisikan frasa “baju biru”, yakni baju yang berwarna biru. Dengan demikian, pendidikan Islam adalah pendidikan dengan warna Islam. Namun secara luas pengertian pendidikan Islam: pertama, jenis pendidikan yang pendirian dan penyelenggaraannya didorong oleh hasrat dan semangat mengejawantahkan nilai-nilai Islam. Kedua, jenis pendidikan yang memberikan perhatian dan sekaligus menjadikan ajaran Islam sebagai pengetahuan untuk program studi yang diselenggarakannya. Oleh karena itu, pendidikan Islam mempunyai tujuan :
1.        Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.
2.    Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi dia menaruh perhatian kepada keduanya sekaligus.
3.    Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau sprituil semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya. Tidak lah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan.
4.   Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains, sastra, kesenian, dalam berbagai jenisnya.
5.    Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat mengusai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki dalam hidup dengan mulia di samping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan.

Pendidikan Islam adalah Pendidikan Ideal
Bila diperhatikan arah pendidikan modern di abad ini dengan mempelajari prinsip-prinsip, metode-metode dan sistem-sistemnya, maka akan ditemukan bahwa pendidikan Islam telah menyuarakan banyak prinsip serta metode penting dalam dunia pendidikan. Hal tersebut dapat diungkapkan secara ringkas sebagai berikut :

11 January 2012

Pernyataan Memilukan Tentang Jilbab

| More
  1. “Jilbab itu kan dipake khusus buat shalat atau ke pengajian. Kalau di tempat umum ya mesti dibuka. Bego aja kebalik-balik”.
  2. Tidak hanya sampai di situ, si A menyamakan jilbab dengan swimsuit. Pakaian itu penggunaannya bersifat situasional. Kalau mau pergi mengaji ya pakai jilbab. Kalau mau berenang ya pakai baju renang. “Masa renang pake mukena,” tukasnya lagi. “Segampang itu kok nggak paham,”
  3. A juga mengatakan pendapat yang bisa mengundang kontroversi, yakni tentang alasan orang beragama. “Kenapa orang beragama? 1) karena miskin; 2) karena rentan dan merasa terancam,” ujarnya…

Apakah ke tiga pernyataan itu benar??

Tentang pernyataan pertama; kewajiban berjilbab Allah utarakan dalam Al-Quran secara umum, tidak terikat dengan momen tertentu; khusus untuk di pengajian misalkan. Yang ada malah sebaliknya, ketika shalat diwajibkan, jilbab (menutup aurat) menjadi salah satu pakaian khusus (ketentuan khusus) yang tidak bisa tidak, harus dipakai saat shalat. Jadi, siapa yang kebalik-balik?? Yang benar itu dari umum ke khusus, bukan dari khusus ke umum.

Jilbab dan pakaian renang adalah perbandingan yang tidak jauh berbeda dengan perbandingan antara basket dan main catur, meskipun kedua-duanya sama-sama olah raga, tapi rule of the gamenya berbeda, jika Allah syariatkan jilbab untuk dipakai di semua tempat, maka pabrik pembuat pakaian olah raga membuat pakaian renang khusus untuk di tempat renang. Adat manusia juga tidak membenarkan adanya seseorang yang ceramah di atas podium dengan memakai pakaian renang bukan? sebaliknya, tidak ada seorang pun yang protes jika seorang wanita berjilbab mengisi seminar di depan orang banyak, justru sebaliknya, akan banyak yang protes jika wanita tersebut memakai pakaian “ala kadarnya” ketika mengisi seminar.

Tentang pernyataan ketiga: justru kenyataan yang terjadi saat ini adalah, orang miskin tidak sedikit yang stress, gila. Kenapa gila? salah satu faktornya karena tidak beragama. Agama bukan pabrik yang di situ ada untung rugi materil; yang beragama kaya, yang tidak miskin! tidak selalu begitu. Yang beragama aman dari ancaman, yang tidak, selalu terancam, tidak selalu juga! Yang tepat adalah, kebanyakan orang menjadi begitu religius karena SADAR, sadar akan adanya pencipta, sadar akan adanya nikmat surga dan siksa neraka, sadar akan dirinya yang bukan siapa-siapa. Beda loh, sadar dengan terancam!!

Penutup

Setidaknya, jilbab adalah salah satu indikator akan kesadaran beragama seorang wanita. Jilbab tidak mengekang wanita, yang ada malah menjaga, namun terkadang sebagian memaknai menjaga dengan mengekang. Semoga Allah selalu membimbing kita untuk berfikir benar, bukan hanya bagus dan sensasional.
Wallahualam bis shawab.

----------------

07 December 2011

Pendapat Tokoh Kristen Tentang Al-Qur'an dan Islam

| More

  1. Harry Gaylord Dorman dalam buku "Towards Understanding lslam", New York, 1948, p.3, berkata: "Kitab Qur'an ini adalah benar-benar sabda Tuhan yang didiktekan oleh Jibril, sempurna setiap hurufnya, dan merupakan suatu muk-jizat yang tetap aktual hingga kini, untuk mem-buktikan kebenarannya dan kebenaran Muhammad."
  2. Prof. H. A. R. Gibb dalam buku "Mohamma-danism", London, 1953, p. 33, berkata seba-gai berikut: "Nah, jika memang Qur'an itu hasil karyanya sendiri, maka orang lain dapat menandingi-nya. Cobalah mereka mengarang sebuah ungkapan seperti itu. Kalau sampai mereka tidak sanggup dan boleh dikatakan mereka pasti tidak mampu, maka sewajarnyalah mereka menerima Qur'an sebagai bukti yang kuat tentang mukjizat."
  3. Sir William Muir dalam buku "The Life of Mo-hamet", London, 1907; p. VII berkata sebagai berikut: "Qur'an adalah karya dasar Agama Islam. Ke-kuasaannya mutlak dalam segala hal, etika dan ilmu pengetahuan."
  4. DR. John William Draper dalam buku "A His-tory of the intelectual Development in Europe", London, 1875, jilid 1 , p. 343-344, berkata: "Qur'an mengandung sugesti-sugesti dan proses moral yang cemerlang yang sangat berlimpah-limpah; susunannya demikian fragmenter, sehingga kita tidak dapat mem-buka satu lembaran tanpa menemukan ungkapan-ungkapan yang harus diterima olehsekalian orang. Susunan fragmenter ini, mengemukakan teks-teks, moto dan per-aturan- peraturan yang sempurna sendirinya, sesuai bagi setiap orang untuk setiap peris-tiwa dalam hidup."
  5. DR. J. Shiddily dalam buku "The Lord Jesus in the Qur'an", p. 111 , berkata: "Qur'an adalah Bible kaum Muslimin dan lebih dimuliakan dari kitab suci yang manapun, lebih dari kitab Perjanjian Lama dan kitab perjanjian Baru."
  6. Laura Vaccia Vaglieri dalam buku "Apologie de I'Islamism, p. 57 berkata: "Dalam keselu-ruhannya kita dapati dalam kitab ini, suatu ko-leksi tentang kebijaksanaan yang dapat diperoleh oleh orang-orang yang paling cer-das, filosof-filosof yang terbesar dan ahli-ahli politik yang paling cakap... Tetapi ada bukti lain tentang sifat Ilahi dalam Qur'an, adalah suatu kenyataan bahwa Qur'an itu tetap utuh melintasi masa-masa sejak turunnya wahyu itu hingga pada masa kini...Kitab ini dibaca berulang-ulang oleh orang yang beriman dengan tiada jemu-jemunya. Keistimewaan-nya pula, Qur'an senantiasa dipelajari/dibaca oleh anak-anak sejak sekolah tingkat dasar hingga tingkat Profesor. " "Sebaliknya malah karena diulang- ulang ia makin dicintai sehari demi sehari. Qur'an membangkitkan timbul-nya perasaan penghormatan dan respek yang mendalam, pada diri orang yang mem-baca dan mendengarkannya.... Oleh karena itu bukan dengan jalan paksaan atau dengan senjata, tidak pula dengan tekanan mu-baligh-mubaligh yang menyebabkan penyiaran Isiam besar dan cepat, tetapi oleh ke-nyataan bahwa kitab ini, yang diperkenalkan kaum Muslimin kepada orang-orang yang di-taklukkan dengan kebebasan untuk meneri-ma atau menolaknya adalah kitab Tuhan. Kata yang benar, mukjizat terbesar yang da-pat diperlihatkan Muhammad kepada orang yang ragu dan kepada orang yang tetap ber-keras kepala."
  7. Prof. A. J. Amberry, dalam buku "De Kracht van den Islam", hlm. 38, berkata: "Qur'an ditulis dengan gaya tak menentu dan tidak teratur, yang menunjukkan bahwa penulisnya di atas segala hukum-hukum pengarang manusia."
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...