05 March 2011

ZOROASTERIANISME

| More
A.      SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA ZOROASTER
       Zoroasterianisme adalah agama persia kuno yang mengajarkan bahwa segala yang ada terlibat dalam perebutan yang tak henti-hentinya antara dewa kebaikan dan dewa kejahatan. Zoroasterianisme berlandaskan pada ajaran Zarathustra, seorang Nabi Persia yang dikenal di Negara Barat sebagai Zoroaster. Kelahirannya diperkirakan pada jenjang waktu yang cukup jauh, yaitu antara 1200 dan 600 SM. Akan tetapi yang mendekati ialah sekitar tahun 1000 SM. Dewasa ini Zoroasterianisme menyatakan bahwa pengikutnya ada sekitar 200.000 orang, komunitas utamanya berada di Iran dan India.[1]
       Meskipun Zoroatrianisme punya macam-macam elemen yang serupa dengan agama-agama Iran yang lebih lama, tapi tak tampak tersebar luas di masa Zoroaster sendiri, daerah tempat dia hidup kait-berkait bersama dengan Kekaisaran Persia di bawah Cyrus Yang Agung di pertengahan abad ke-16 SM pada saat matinya Zoroaster. Dalam masa dua abad kemudian, agama itu diterima oleh Raja-raja Persia dan memperoleh pengikut yang lumayan. Sesudah Kekaisaran Persia ditaklukkan oleh Alexander Yang Agung di akhir pertengahan abad ke-4 SM, agama Zoroaster mengalami kemunduran deras. Tapi, akhirnya orang-orang Persia memperoleh kemerdekaannya kembali, pengaruh Hellenistis merosot, dan ada semacam kebangkitan kembali Agama Zoroaster. Di masa dinasti Sassanid (226 - 651 M) agama Zoroaster diterima sebagai agama resmi negeri Persia.
       Sesudah ditaklukkan Arab di abad ke-7 M, sebagian besar penduduk Persia lambat laun memeluk agama Islam (dalam beberapa hal dengan kekerasan, walau pada prinsipnya kaum Muslimin punya sikap toleran kepada agama lain). Sekitar abad ke-10, sebagian sisa penganut agama Zoroaster lari dari Iran ke Hormuz, sebuah pulau di teluk Persia. Dari sana mereka atau turunannya pergi ke India tempat mereka mendirikan semacam koloni. Orang Hindu menyebut mereka Parsees karena asal mereka dari Persia. Kini ada sekitar l00.000 lebih kelompok Parsees di India, umumnya tinggal di dekat kota Bombay tempat mereka membentuk suatu kelompok kehidupan masyarakat yang makmur. Walaupun deikian Zoroastrianisme tak pernah melenyap seluruhnya di Iran; hanya sekitar 20.000 penganut masih ada di negeri itu. [2]

 
B.       KITAB SUCI
       Kitab suci dalam Agama zoroasterianisme bernama Avesta, berasal dari akar kata Avistak yang berarti bacaan, sebagaimana arti Taurat dan Alquran dalam agama Yahudi dan Islam. Sedangkan pengertian lanjutan dari Avesta itu bermakna pengetahuan. Sebagaimana alkitab (Babilia) yang merupakan kumpulan kitab suci agama Yahudi yang terdiri atas 36 kitab, maka kitab suci Avesta pun pada mulanya terdiri dari 21 buah kitab, tetapi saat ini hanya tinggal 5 kitab saja, yaitu Yasna, Vispered, Vendibad, Yasht, dan Khorda Avesta.
·         Yasna
             Kitab Yasna berisikan himpunan nyanyian pujaan (Hymns) untuk keperluan kebaktian, kitab tersebut terdiri dari 72 bait haiti (fasal) dan semuanya terbagi atas tiga bagian:
1.       Bagian Pengantar, Yaitu pasal 1 – 27, tentang minuman suci yang disebut Hooma (Hom) Yaght. Fasal 12 berisikan bunyi pengakuan keimanan (credo=syahadat) dan merupakan dokumen bernilai bagi sejarah peradaban).
2.       Gatha’ ialah fasal 28 – 54, berisikan bimbingan dan tuntunan terpanjang wahyu kepada sang Nabi.Gatha’ inilah yang dipandang sebagai paling utama didalam semua kitab suci Avesta karena masih memperlihatkan ungkapan-ungkapan tua menurut gaya bahasa Iran tua. (Dengan mengambil contoh Indonesia, kitab tersebut diumpakan sebuah buku berbahasa Indonesia tetapi ada bagian yang dapat dijumpai ungkapan-ungkapan Melayu tua)
3.       Apero Yasno atau Yasna – “Belakangan”, ialah fasal 55 – 72, berisikan himpunan nyanyian pujaan terhadap kodrat-kodrat gaib, yang terdiri atas
a.      Sraosha (Srosh) Yasht, fasal 57
b.     Pujaan terhadap api, fasal 62
c.      Pujaan terhadap air, fasal 63 – 69.
d.     Pujaan terhadap Kodrat-kodrat lainnya
                 Kodrat-kodrat gaib itu dipandang menguasai unsur-unsur alami dan disebut ahuras, sesuai dengan namanya maka bagian ini adalah sisipan belakang, tetapi dalam perkembangan agama Zoroasterianisme, kitab bagian ini yang dianggap paling utama dan menjadi dasar bagi pegangan-pegangan keyakinan agamawi.


    Vispered
Kitab Visperes bermakna kodrat-kodrat terkemuka (Vispe ratave), berisikan pembahasan tentang gaib yang dipandang paling terkemuka dan semuanya tunduk kepada kodrat tunggal Maha Bijaksana (Ahura Mazda). Kitab ini pun berisikan himpunan nyanyian permohonan dan merupakan kitab kecil tentang kebaktian, 24 buah karde (anak – pasal). Isi dan bentuknya mirip dengan Yasna dan mrupakan kitab kebaktian tambahan.
·         Vendidad
            Vendidad berasal dari singkatan  Vi – daevo – datom dengan sedikit perubahan bunyi,  yangmempunyai makna “hukum menantang Setan”. Kitab Vendiddad itu berisikan hukum-hukum agama terdiri 22 buah bab, bernuala tentang kejadian alam yang dualistik (bab I), dan tentang kejadian manusia pertama yang bernama Yima (bab II), kemudian dilanjutkan 20 bab tentang kumpulan hukum-hukum agama dan berbagai macam maslah yang menyangkut:
1. Hukum-hukum dalam bidang pertanian
2. Hukum-hukum dalam bidang Peternakan
3. Hukum-hukum tentang benda suci: bumi, air, api,
4. Hukum-hukum tentang pembersihan tubuh,
5. Hukum-hukum tentang pemurnian diri,
6. Hukum-hukum tentang tata bakti kepad Ahura Mazda,
7. Hukum-hukum tentang Taubat.
          Seluruh hukum-hukum yang termuat dalam kitab Vendidad seluruhnya bertitik tolak pada sebuah doktrin yang paling pokok, yaitu: Perang terhadap Angro mainyu dan seluruh kodrat-kodrat jahat dalam pelaksanaan kebaktian terhadap Ahura Mazda.  Kodrat-kodrat gaib yang jahat dan memiliki dayagoda dinamakan Daevas, dan semianya tunduk kepada Angro Mainyu.
·         Yasht
Kitab Yasht berisikan kumpulan nyanyian keagamaan terhadap para Izad, yaitu kodrat-kodrat gaib yang termulia, berisi 21 buah nyanyian pujaan, merupakan kumpulan tambahan bagi kiab Yasna, dan sebagian dari kitab Yasht masih memperlihatkan ungkapan-ungkapan Iran tua yang dipandang bentuk tua dan asli.
Pasal 9-10 berisikan sajak agamawi bermutu tinggi peninggalan Iran tua, Yasht dipandang yang terbesar, kaya dengan kisah-kisah keagamaan dan sejarah. Adapun pasal-pasal lainnya berisikan kisah-kisah penuh corak dan warna tentang ahuras dan daevas disertai dengan kisah-kisah berisikan kiasan. bab yang dianggap paling penting ialah tentang kisah nabi terbesar yaitu Zarathustra serta ajarannya tentang akhir alam semesta (eskatologi) dan peradilan terakhir di Ahura Mazda.
·         Khorda Avesta
            Kitab Khorda Avesta bermakna Avesta kecil yang Berisikan nyanyian agamawiberbentuk singkat untuk digunakan seluruh orang beriman dari kalangan awam, di dalam kebaktian sehari-hari.[3]

C.      AJARAN, KETUHANAN, ESKATOLOGI
       Dua prinsip membentuk dasar dari etika Zoroaster : pemeliharaan hidup dan perjuangan melawan kejahatan. Untuk dapat memelihara hidup, seseorang harus menggarap tanah, memelihara hewan, kawin dan mempunyai anak. Asketisme dan selibat (tidak menikah) dikutuk; kesucian dan menghindari kekotoran (dari kematian, roh jahat dll) dihargai. Dalam rangka memerangi kejahatan, manusia harus setiap saat menentang kekuatan-kekuatan jahat dan mereka yang berteman dengan kejahatan itu. Zoroastrianisme menekankan monotheisme, sementara mengakui adanya pertentangan universal dari dua kekuatan yang berbeda (dualisme). Kekuatan baik dipimpin oleh Ahura Mazda, atau Ormazd (Tuhan yang Bijaksana), dan kekuatan jahat dipimpin oleh Angra Mainyu atau Ahriman (Roh Jahat).
       Dalam konsepnya Zoroaster, harus ada penyatuan antara kejahatan dengan kebaikan abadi Tuhan. Muhammad Iqbal menjelaskan bahwa proses penyatuan kebaikan dan kejahatan itu tidak dipahami sebagai aktivitas yang mandiri, melainkan dua aspek dari Tuhan itu sendiri. Dengan kata lain, konflik tersebut adalah perjuangan Tuhan melawan diri-Nya sendiri. Jadi dapat dikatakan secara teologis bersifat monistis dan secara filosofis bersifat dualis. Dalam menjelaskan konsep monistik, Zoroaster menyatakan bahwa hanya ada satu Tuhan sejati, Ahura Mazda, penganjur kebaikan. Tetapi pengikut Zoroaster meyakini adanya roh jahat, yaitu Ahriman, sebagai simbol dari kejahatan. Bagi mereka, alam semesta merupakan ajang pergulatan antara kebaikan dan kejahatan, keadilan dan kezhaliman, serta antara kegelapan dan cahaya terang. Dan pertarungan sengit ini harus dimenangkan oleh kebaikan, keadilan dan cahaya.
       Adapun manusia, sebagai mikrokosmos bergulat dengan dua kekuatan dalam dirinya. Manusia diberi kebebasan untuk memilih dan menentukan, bebas berpihak. Manusia memiliki freedom of choice. Gelap vs Cahaya Terang. Konsep ini rupanya mempengaruhi pemikiran Syaikh al-Isyraq, Suhrawardi, khususnya mengenai konsep cahaya dan gelap. Namun tidak sama persis. Jika dalam Zoroaster, gelap dan terang seolah-olah dipisahkan oleh garis tegas yang mengindikasikan keterputusan hubungan, maka tidaklah demikian dengan konsep gelap-terang Suhrawardi. Dalam filsafat iluminasi ini, konsep garis-terang digambarkan sebagai rangkaian intensitas dari terang menuju gelap, dimana semakin jauh dari cahaya maka semakin redup yang kemudian akhirnya gelap.[4]
       Teologi Zoroaster merupakan campuran menarik antara monotheisme dan dualisme. Menurut Zoroaster, hanya ada satu Tuhan sejati yang disebutnya Ahura Mazda (dalam sebutan Iran modern: Ormudz). Ahura Mazda (Tuhan yang bijaksana) menganjurkan kejujuran dan kebenaran. Akan tetapi, penganut Zoroaster juga percaya adanya roh jahat, Angra Mainyu (dalam istilah Persia modern: Ahriman) yang mencerminkan kejahatan dan kepalsuan.
       Dalam dunia nyata, ini perlambang pertentangan abadi antara kekuatan Ahura Mazda di satu pihak dan Ahriman di lain pihak. Tiap individu bebas memilih ke mana dia berpihak, ke Ahura Mazda atau ke Ahriman. Meskipun pertarungan kedua belah pihak mungkin dekat pada suatu saat, penganut Zoroaster percaya bahwa dalam jangka panjang kekuatan Ahura Mazda akan keluar sebagai pemenang. Teologi mereka juga termasuk keyakinan penuh adanya hidup sesudah mati. [5]
       Eskatologi berasal dari bahasa Yunani eschatos yang berarti akhir keseluruhan. Eskatologi adalah ajaran atau doktrin tentang akhir segala perkara, tentang maut, tentang kebangkitan kembali, tentang peradilan terakhir, dan tentang hidup kekal selanjutnya.
       Dalam zoroaasterianisme dinyatakan bahwa menjelang alam semesta mengalami hari terakhir atau kiamat akan muncul tiga juru selamat, yaitu : Aushedar, Aushedar-Mah dan Shayoshant.  Kedatangan juru selamat yang terakhir itu akan akan memusnahkan kelaliman dan mengakkan keadilan hingga terbangun kerajaan Ahura Mazda di muka bumi, selanjutnya akan berlangsung pemerintahan selama seribu tahun dan dan setelah itu barulah alam semsta mengalami kehancuran terakhir atau kiamat. [6]


      
D.      RITUAL AGAMA
       Penganut Zoroaster melaksanakan pelbagai ibadah agama yang menarik, beberapa di antaranya dipusatkan pada pemujaan terhadap api. Misalnya, api suci senantiasa dibiarkan berkobar di kuil Zoroaster. Terkait dengan api, Zoroastrian menyembah Ahura Mazda sebagai tuhan cahaya. Api suci dinyalakan sebagai simbol cahaya Ahura Mazda.
       Keberadaan api ini terkait dengan proses penyucian jiwa. Terlalu sederhana jika dikatakan begitu saja bahwa mereka penyembah api. Tapi, yang paling nyata dalam ibadah mereka adalah cara melenyapkan jenasah, bukannya dikubur atau dibakar, melainkan diletakkan di atas menara dibiarkan habis dimakan burung pemakan bangkai. (Burung-burung itu biasanya melalap mangsanya hingga tinggal tulang melulu dalam tempo beberapa jam).[7]




DAFTAR PUSTAKA

·         Keene, Michael, AGAMA-AGAMA DUNIA, (Yogyakarta: Kanisius), 2006
·         Sou’yb, Joesoef, AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA, (Jakarta: Pustaka Al-husna)  1983
  • Zoroaster dan prinsip kemahdian, (diunduh dari situs http://amuli.blogspot.com. pada tanggal 15 Juni 2010)
·         Zoroaster dan zoroastrianisme, (diunduh dari situs http://azibrajaby.blogspot.com. pada tanggal 15 Juni 2010)



[1] Michael Keene, AGAMA – AGAMA DUNIA, (Yogyakarta: Kanisius), 2006, cet. V, hal. 74
[2] Zoroaster dan zoroastrianisme, (diunduh dari situs http://azibrajaby.blogspot.com. Pada tanggal 15 Juni 2010)
[3] Joesoef Sou’yb.  AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA,  (Jakarta: Pustaka Al-husna)  1983, cet. I, hal. 223 - 226
[4] Zoroaster dan prinsip kemahdian, (diunduh dari situs http://amuli.blogspot.com. Pada tanggal 15 Juni 2010)
[5] Zoroaster dan zoroastrianisme, (diunduh dari situs http://azibrajaby.blogspot.com. Pada tanggal 15 Juni 2010)

[6] Joesoef Sou’yb.  AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA,  (Jakarta: Pustaka Al-husna)  1983, c et. I, hal. 251
[7] Zoroaster dan zoroastrianisme, (diunduh dari situs http://azibrajaby.blogspot.com. Pada tanggal 15 Juni 2010)

2 comments:

  1. Agama samawi banyak berhutang kepada Zoroaster. Banyak konsep penting samawi yang dipinjam dari Zoroaster.
    Ke Agama Zoroaster Kita Belajar

    ReplyDelete
  2. kita jalankan saja kepercayaan & agama yang kita yakini tidak usah membanding-bandingkan satu dg lainya karena pasti berbeda..

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...