25 January 2011

Renaisance Muslim di Thailand

| More
Islam merupakan agama yang kuat. Dalam hal ini, Islam memberikan penjelasan terhadap realitas yang terjadi. Meskipun Islam dilahirkan di negeri Padang Pasir, namun Islam sanggup memberikan pemahaman yang lain pada masyarakat di lain tempat. Seperti di Thailand, Patani adalah satu dari sekian banyak tempat di Asia Tenggara yang menjadi pusat perkembangan masyarakat ketika itu.

Makalah ini sebagai upaya penyelidikan terhadap atas yang taerjadi di Thailand khususnya Patani pada masa kejayaan kerajaan Islam oleh para Ratu yang memerintah kerajaan pada waktu itu. Dan juga menganalisa tentang sebab dan akibat kebangkitan maupun keruntuhan kerajaan tersebut

Perkembangan tradisi pengetahuan Islam dan juga penyebaran gerakan pembaharuan di wilayah Melayu Muslim. Patani adalah orang-orang Melayu baik secara etnis maupun budaya. Peralihan keyakinan penduduk wilayah Patani di Thailand selatan ke Islam, terjadi sejak abad ke 12 hingga abad ke 15. Kesultanan Patani adalah sebuah kerajaan yang cukup banyak penduduknya dan makmur di Semenanjung Melayu hingga sampai ia jatuh di bawah kekuasaan Thai pada tahun 1202/1786 pelabuhannya juga merupakan pusat perdagangan penting bagi para pedagang Asia dan Eropa.

1.  Perkembangan Islam di Patani (1584-1688)
 Pemerintahan dan perkembanagan Islam di Thailand tidak lepas dari kerajaan Islam Patani yang mencapai puncaknya pada masa pemerintahan para Ratu (1584-1688) diantaranya Ratu Hijau, Ratu  biru , Ratu Ungu, dan Ratu Kuning (1584-1688). Patani terletak di sebelah Utara Malaysia antara Laut Cina di sebelah Timur, lautan Hindia di sebelah Barat, dan Thailand di sebelah Utara. Penduduknya beragama Islam dan berbicara dengan bahasa Malayu. Kehidupan mereka seperti di Malaysia dan Asia Tenggara.[1]


Ciri-ciri yang menonjol yang terdapat dalam sejarah negeri-negeri di Semenanjung Melayu adalah sering terjadinya perebutan tahta kerajaan di kalangan kerabat kerajaan. Hal demikian itu merupakan suatu penomena umum dalam sistem politik tradisional di daerah tersebut. Ketika suksesi dilakukan secara langsung, tidak jarang terjadi perebutan kekuasaan kembali, meskipun yang dilantik itu adalah seorang raja muda (putra mahkota). Hanya calon yang mendapat dukungan yang kuat atau yang disukai biasanya yang berhasil menaiki tahta kerajaan. Adapun calon yag tidak disukai pembesar kerajaan yakni putra raja dari selir, biasanya mencoba mendapat bantuan dari pihak luar. Hal seperti ini sering terjadi dalam kehidupan istana kerajaan Islam Patani. Hingga sering kali menimbulkan tragedi berdarah di Patani. Seperti halnya yang terjadi pada masa sultan Patik Siam (1572-1573) dan sultan Bahadur (1573-1584).[2]

Dengan terjadinya peristiwa perebutan dalam lingkungan istana tersebut, tidak ada lagi putra atau tanpa putra mahkota agar pengalaman pahit itu tidak terulang, kaum istana dan pembesar-pembesar bersepakat mengangkat Ratu Hijau (1584-1616), Ratu Biru (1616-1624), Ratu Ungu (1624-1635) dan Ratu Kuning (1635-1688) untuk memerintah negeri Patani. Pada masa pemerintahan para Ratu inilah telah terjadi perubahan besar dalam sejarah kerajaan Islam Patani, mereka mampu memerintah dan membawa negeri Patani mencapai kemakmuran dan kejayaannya.[3]


2.   kondisi politik
Patani dianggap sebagai sebagai negeri tertua di semenanjung tanah Melayu. Sistem pemerintahan kerajaannya kemudian dijadikan model dalam pelantikan raja-raja di semenanjung tanah Melayu. Keagungannya menjadi simbol dan tonggak kedaulatan, karena di Semenanjung tanah Melayu pada waktu itu raja-raja Patani secara tradisional sering di anggap sebagai sumber kerohanian mereka. Patani adalah sebagai pusat kebudayaan Islam yang ada di Asean, dan dikenal sebagai negeri Melayu yang terbayak melahirkan para ulama dan cendekiawan Islam. Bahkan para Ulama merupakan golongan yang paling berperan dalam pengembangan Islam di Patani. Mereka mempunyai kedudukan penting dalam pemerintahan,. Seperti diungkapkan Dr. Ahmad Omar Chapakia dari Kolej Islam Yala Selatan Thailand, melalui peran para ulama, Patani menjadi sebuah negeri Islam yang dikenal dengan sebutan Patani Darusalam. Bahkan Omar menilai, ulama Patani telah memainkan peran besar dalam menumbuhkan dan membangun di Dunia Melayu atau di Nusantara. Apalagi banyak diantara mereka hijrah meninggalkan Patani untuk mengembangkan Islam di negeri-negeri Melayu di Nusantara. Diantara sumbangan besar yang paling menonjol adalah mendirikan institusi pendidikan pondok.[4]

Di dalam cerita-cerita, misalnya disebutkan bahwa Patani merupakan tempat lahirnya para Ulama besar, wali-wali Allah yang keramat, oleh karena itu, kerajaan Patani terus disegani sebagai lembaga kekuasaan yang secara tradisional telah mempengaruhi raja-raja di Semenanjung Melayu. Disamping itu hubungan politik dan kekeluargaan sudah lama terjalin antara penguasa Patani dan penguasa negeri-negeri di semenanjung tanah Melayu lainnya.  Tome Pires yang pernah singgah di Malaka pada tahun 1511, mencatat bahwa Pra’borom Raja  I Ayutia (Siam) memperoleh seorang isteri .dari perkawinan tersebut baginda dikaruniai seorang putri, dan kemudian dikawinkan dengan raja Singapura (Sam Agi) pada masa pemerintahan ratu Hijau, kerajaan Islam Patani terlibat dalam politik negeri-negeri di Semenanjung Melayu. Adinda Ratu Hijau yang bernama Ratu Ungu  yag menikah dengan Sultan Pahang, Abdul Ghafur Muhyidin (1590-1614). Hubungn yang baik antara kerajaan Pahang dengan dan kerajaan Johor waktu itu menyebabkan kerajaan Patani dapat melakukan intervensi yang menentukan dalam persoalan-persoalan politik Johor.[5]

Politik luar negeri kerajaan Islam Patani mengalami perubahan yang sangat besar setelah Ratu Ungu menaiki kerajaan dengan gelar Paduka Syah Alam. Baginda bersikap anti Siam dan menjalin hubungan baik dengan negeri-negeri di semenanjung Malayu. Dalam rangka memperkuat politik luar negeri, Johor, Belanda, Kamboja, Jambi, dan Indragiri untuk menentang Portugis dan Spanyol yang semakin mengancam dikawasan ini. Meskipun dalam bidang pertahanan ini tidak dilaksanakan, tetapi ketika Siam melancarkan serangan besar-besaran atas Patani pada tanggal 21 Mei 1634, kerajaan Johor dan Pahang tetap membantu kerajaan Patani dengan 50 buah kapal perang dan 8.000 tentara, sehingga pasukan Siam dapat dikalahkan.

Sebagai usaha mempererat kembali hubungan antara kerajaan Patani dan kerajaan Johor, Sultan Abdul jalil Johor (1623-1677), adinda bungsunya yang dipertuan muda, ibunya, dan pembesar-pembesar Johor lainnya telah mengadakan kunjugan resmi ke negeri Patani, dalam kesempatan itu yang dipertuan muda Johor dikawinkan dengan Ratu Kuning Ratu Ungu yag memerintah negeri Patani waktu itu.[6]

Dalam sejarah bangsa Jepang disebutkan bahwa pada tahun 1592, Jepang telah mengirim utusannya ke Patani untuk nmenjalin hubungan diplomatik antara kedua Negara tersebut pada tahun 1599 Ratu Hijau telah mengirim utusan ke Jepang untuk memepererat hubungan antara kedua Negara dan pada tahun 1606 Patani mengirimkan utusan untuk kedua kalinya. Sebenarnya sebelum itu Jepang telah menjalin hubungan perdagangan dengan kerajaan Patani, karena terbukti pada tahun 1538 orang-orang Jepang sudah ada  di Patani akan tetapi, pihak pemerintah Jepang ketika itu tidak begitu mengambil perhatian. Baru pada masa pemerintahan Ratu Hijau inilah terjalinnya hubungan antara dua Negara secara resmi.

Dengan sistim politik diplomasi serta perkawinan yang didasarkan politik tersebut kerajaan Islam Patani pada masa ini menjadi kuat dan besar pengaruhnya terhadap negeri-negeri di Semenanjung tanah Malayu, Nusantara dan dunia Internasional lainnya. Selain hubungan kekerabatan Tradisional antara, Patani dan negeri-negeri tetangganya.[7] Pada waktu orang-orang Barat datang ke Semenajaung tanah Melayu dan Nusantara, disamping untuk berdagang mereka juga berusaha mencari dan mendapatkan daerah jajahan. Sebagai negeri negeri di semenanjung tanah Melayu di Nusantara jatuh dibawah kekuasaan dunia Barat.akan tetapi, pada masa ini, Patani karena kepimpinannya yang kuat mampu dan berhasil mempertahankan kedaulatannya.[8]

3.   kondisi Ekonomi
Jatuhnya Malaka ke tanagan Portugis di tahun 1511 bagaimanapun membuat perekonomian Patani langsung meningkat pesat. Muncul dan berkuasanya Portugis di Malaka, mengganggu kelancaran arus perdagangan internasional. Pemerasan,  monopoli dan perampokan yang dilakukan bangsa Portugis disana membuat perdagangan tidak menguntungkan. Para pedagang Islam mencari pelabuhan dan rute lain untuk melanjutkan perdagangannya  serta berusaha menghindar dari Malaka. Pada akhirnya para pedagang memilih Aceh, Johor dan Patani sebagai pelabuhan dagang mereka.

Sementara itu Ayutia yang merupakan salah satu pusat perdagangan terbesar di Asia Tenggara, pada tahun 1569-1597 mengalami kemunduran karena di taklukan oleh Burma. Akibatnya, keadaan dalam kota menjadi kacau dan para pedagang Cina dan Jepang makin banyak yang beralih ke Patani. Sejak itu keramik dan sutra yang diperlukan oleh bangsa Eropa terdapat di Patani. Patani maju pesat sehingga para pedagang memberi gelar kota Patani pada waktu itu, dengan pusat perdagangan tekstil kedua setelah Kuang Tung dan kota kembar dengan kota Hirado Jepang [9]

Pada awal abad ke 17 pelabuhan Patani yang merupakan pelabuhan utama di Pantai Timur tanah Melayu menjadi sasaran para pedagang asing dan juga menjadi tempat persingahan kapal-kapal dari negeri Gujarat (India), dan  dari pantai-pantai Koromandel serta kapal-kapal layar atau perahu-perahu yang datang dari Cina dan Jepang. Pada awal abad 16 terdapat juga kapal-kapal dari Campa di Banten, Malaka, Makasar, dan Patani.

Pada masa pemerintahan Ratu Hijau urusan perdagangan di Patani bertambah maju, dan dikenal oleh pedagang-padagang asing, terutama pedagang Portugis dan Belanda. Orang-orang Belanda mulai mendirikan pusat-pusat perdagangan di Patani pada tahun 1602 dari sana mereka mengirimkan pedagang-pedagangnya ke Ayutia pada tahun 1608.

Pada tahun 1605 kapal dari Spanyol sampai di Patani akan tetapi beberaapa lama setelah itu, kapal tersebut pindah ke daerah Filipina. Pada tahun 1611 Inggris mendirikan perusahaan di sebelah timur Patani dimana pada tanggal 5 Januari 1611 kapal-kapal  berangkat dari pelabuhan London dibawah kapten Anthony Hippon, mengangkut banyak barang dagangan sampai di Patani pada tanggal 22 Juni pada tahun yang sama  Ratu Hijau menyambut rombongan ini dengan baik, dan sebulan kemudian Inggris membangun sebuah gudang untuk stok barang dagangan. Bangsa Cina juga memilih Patani dan menjadikannya sebagai pintu masuk ke Asia Timur. Para pedagang Cina lebih menyukai pelabuhan-pelabuhan terdekat ke Cina, risiko dari pelayaran-pelayaran singkat lebih kecil sehingga keuntungan menjadi lebih besar, keuntungan di Patani, misalnya menjadi sepertiga lagi lebihnya di bandingkan dengan daerah Banten.[10]

Tidak saja di bidang perdagangan bidang persenjataan (mariem) banyak sekali diperdagangkan di Patani sehingga Ayutia dan Jepang datang ke Patani untuk membeli senjata- senjata tersebut. Pada masa pemerintahan Ratu Kuning kondisi ekonomi berbeda sekali dengan masa masa sebelumnya Ratu Kuning menitikberatkan pembangunan dalam bidang pertanian dan perdagangan ke dunia internasional, serta mengadakan beberapa buah kapal perdagangan dan melantik orang yang dipercayainya sebagai kapten untuk membawa barang dagangannya , pada masa itu keadaan ekonomi kerajaan Islam Patani  sangat mapan. Ratu Kuning sendiri mendapat penghasilan yang cukup untuk kebutuhan dalam istana dari hasil perdagangan dan pertanian sehingga dia tidak perlu menggunakan uang kas negara untuk keperluan istana. Bahkan para ratu bersedia memberikan pinjaman kepada pedagang- pedagang asing  yang kekurangan modal seperti para pedagang Inggris dan Belanda.[11]

4.  Bidang pendidikan
 A. Pondok pesanten
Pondok pesantren atau yang di sebut dengan asrama  termpat-tempat yang menjadi pusat lembaga-lembaga keagamaan yang berfungsi untuk menyebarluaskan pengetahuan kerohaniaan dan menyediakan tempat perlindungan kerohanian bagi orang yang awam yang ingin menarik diri dari kesibukan hidup sehari-hari. Kata-kata ashram berkonotasi tindakan psikologis untuk memisahkan diri dan meningggalkan kehidupan sekuler untuk memasuki suatu "komunitas" kehidupan kerohanian maka ashram secara harfiah berarti "pondokan spiritual".[12]

Di Asia Tenggara khususnya di daerah-daerah ashram merupakan satu-satunya lembaga yang dapat dikatakan mendekati madrasah yang dikenel dengan kuttab (sekolah alquran) dan maktib (sekolah dasar) dimana anak-anak belajar mengaji tumbuh sebagai tambahan pada masjid-masjid yang sudah ada. Di Patani raya lembaga pondok telah tumbuh menjadi lambang kebangggan orang-orang melayu muslim dengnn cita-cita Islam sebagai aspirasi mereka untuk mewujudkan para ulama yang memeberi bimbingan serta pelajaran di pondok juga berfungsi sebagai model segala keutamaan Islami dan wawaan etis bagi para santri dan orang-orang muslim diluar pondok.mereka juga mempunyai kewajiban untuk memberi pelajaran dan memurnikan ajaran dan praktek Islam sebagai kewajiban sosial disamping sebagai kewajiban pribadi untuk menaati perintah-perintah Islam. Dalam memberi bimbingan keagamaan dan inspirasi kerohanian kepada individu dan masyarakat luas juga mereka berupaya menunaikan keajiban agama dan diantar kewajiban itu di manifstasikan dalam leakan-ledakan oposisi politik sporadis terhadap pemerintah pusat dalam perjuangan mencapai otonomi yang lebih luas. [13]

Keberadaan pondok pesantren dalam masyarakat muslim Melayu
keberadaan pondok dianggap sebagai lembaga keagamaaan dan lembaga pendidikan,  pondok juga menjadi mikrokosmos bagi Islam yang di idealiasasi dalam masyarakat Melayu yang marjinal, baik dalam hubungannya dengan negara Thai maupun dalam kaitannya dengan dunia Melayu muslim pada umumnya bahkan dalam perjuangan untuk memeperoleh kemerdekaan Patani, Setul, Yala, dan Narathiwat. Pendidikan Islam tradisional yang berupa pondok telah menjadi tulang punggung identitas Islam dan perlawanan Islam terhadap pemerintah pusat.[14]

Bagai kaum birokrat negara Thailand Pondok merupakan persemaian radikalisme dan aktifitas politik tetapi, bagi orang–orang melayu muslim pondok dan penghuninya merupakan suatu komunitas yang saktral yang misinya adalah untuk  menyampaikan Islam sejati kepada masyarakat marjinal tersebut.

B. Respon pemerintah terhadap pendidikan
Dalam masalah pendidikan pemerintah Tahiland menetapkan bahwa lembaga-lembaga swasta harus diatur dan di awasi agar memebantu tercapainya tujuan nasional, integrasi politik dan pembangunan. Demikian juga dengan sekolah-sekolah Cina dan misi Kristen, pemerintah memberlakukan undang-undang sekolah swasta 1949 yang mengharuskan semua sekolah swasta di negeri itu mendaftarkan diri pada kementrian pendidikan dan menyesuaikan kurikulumnya dengan garis-garis pedoman yang telah digariskan oleh pemerintah.

Dari sudut pandang kaum politisi bahwa melalui pendidikan sekuler dan keterlibatan pemerintah dalam masalah pendidikan akan dapat diciptakan rasa kebersamaan sebagai anggota bangsa Thai dan pemerintah memasukan bahasa Thailand sebagai  sarana untuk berkomunikasi secara lambat laun akan menumbuhkan kesadaran dalam diri mereka bahwa mereka orang Thailand bahkan dari sudut pandang para pejabat keamanan untuk mengurangi dan mengawasi kurikulum dan memonitor kegiatan mereka secara memadai maka lembaga itu di hapus saja sebagai gantinya empat propvinsi yang di dominasi oleh sebagian besar mayoritas orang-orang muslim Melayu masing-masing harus mempunyai satu pondok pemerintah.[15]

B. Madrasah di Thailand
Dalam melancarkan program pendidikan Pondok pada tahun 1961 dengan tujuan untuk mengubah lembaga tersebut untuk pelopor perubahan dan modernisasi kementrian pendidikan diberi tugas untuk mendaftarkan semua pondok yang ada guna  menentukan pondok yang mana yang memenuhi persyaratan dan menerima bantuan dari pemerintah pada tahun 1961 kementrian pendidikan tidak mempunyai wewenang yang tegas berdasarkan hukum yang mengatur Pondok selama itu pondok lebih diannngap sebagai "lembaga keagaman" daripada " lembaga pendidikan".[16]

Keempat provinsi juga dikelompokan menjadi satu unit administrative dengan nama wilayah pendidikan II sebuah pusat penelitian dan dan kordinasi khusus didirikan di Yala yang memasukan kurikulum sekuler di Thailand kedalam pendidikan tradisional.
  
5.   Kondisi Kebudayaan
Kebudayan dan peradaban Patani pada masa pemerintahan para ratu mengalami perkembangan yang sangat pesat antara lain dalam bidang kesenian, arsitektur, persenjataan, percetakan mata uang, kesasteraan dan lain lain.

Orang orang Melayu pada jaman dulu sampai sekarang suka merantau ke negeri orang dengan berbagai alasan dan tujuan diantaranya ingin mengadu nasib di negeri orang, mencari ilmu, mengajar dan berdakwah, dan bahkan berdagang. Pada pemerintahan Ratu Ungu banyak ulama dari Patani pergi menyebar agama Islam dari Johor sampai ke Riau bahkan sampai ke Ujung Pandang  dan Kalimantan selatan .

Sesuai dengan masuknya Islam di Patani yang dipercayai jauh lebih awal dari pada masuk Islam di Malaka maka sebagaian ahli sejarah bersepakat bahwa Patani pernah menjadi salah satu pusat perkembangan Islam tertua di Asia Tenggara.[17] Dikatakan pula pusat budaya Melayu dan Islam, di Patani juga terdapat masjid tua bernama Masjid Kersik yang dikenal sebagai Masjid Pintu Gerbang. Masjid ini terletak di Kampung Kersik, lebih kurang 6 km dari pusat kota Patani. Masjid ini dikenal karena lokasi dan latar belakang sejarahnya. Cataran yang saya dapatkan dari Ensiklopedia Sejarah dan Kebudayaan Melayu, masjid ini didirikan oleh seorang tukang berbangsa China bernama Lim Toh Kian atau Lim Tau Kian pada masa pemerintahan ratu Biru (1616-1624). Lim Toh Kian sendiri merupakan pelarian politik China pada masa pemerintahan Raja Shi Zong (1522-1566), pada dinasti Miang, kemudian Lim Toh Kian memeluk agama Islam dan menetap di Patani.[18] pondok pesantren masjid itu memainkan peran yang sangat penting maka tidak hanya tempat beribadah saja melaikan juga sebagai pusat pengkajian dan penyebaran Islam. Tidak mengherankan apabila kesadaran intelektual di Patani telah lama tumbuh dengan begitu pesatnya istana tidak saja merupakan kegiatan politik semata melainkan juga merupakan tempat tumpuan kaum intelektul dan pusat pengkajian Islam dan kegiatan ilmiah mendapat bantuan sepenuhnya dari dalam istana maka pada abad ke 16 dan 17 muncul beberapa pemikir dan pennyebar agama Islam seperti Syekh Syafiyuddin al-Abbas, Syekh Muhammad Said Barsisa, Syekh Gombak Abdul Mubin yang  pada masa itu menjalankan kegiatan keislaman di sana dan juga terdapat sejak paruh pertama abad 18 hingga awal abad 19, Patani telah melahirkan beberapa ulama   semisal Syaikh Dawud al-Fattani dan Syaikh Ahmad al-Fattani. Di antara para ulama Melayu, Syaikh Dawud al-Fattani beberapa bukti-bukti masjid-masjid tua yang masih kokoh sampai sekarang[19]

Meski terjadi ketidakstabilan politik Kesultanan Patani, para guru atau da'i kelana, terutama para sufi, tetap mengunjungi Patani  dalam hikayat Patani itu menceritakan kedatangan ulama seperti Syekh Gombak dan muridnya Abd-Al mu'min dari Minangkabau, dan Syaikh Fakih Safi Al-Din dari Pasai pada paruh ke dua abad ke 16, mereka memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan beragama di Kesultanan. Safi Al- Din misalnya, mendorong didirikannya sebuah Masjid istana dan dikemudian hari dia menjadi penasihat sulatan Mudzaffar Syah dalam masalah-masalah keagaman. Dan juga paada abad ke 17 sejumlah ulama datang ke Patani diantaranya Sayyid Abdullah dari Yerusalem via Trengganu, Haji Abd Al Rahman dari Jawa, dan Faqih Abd Al Manan, seorang Minagkabau dari Kedah  dan Syaikh Abd  Al- Qodir dari Pasai. Mereka melakukan usaha-usaha terpadu untuk mnyebarkan lebih jauh hukum allah (syariat) dikalangan masyarakat Patani. [20]

Dengan datangnya para ulama ke wilayah mereka, kaum muslim Patani di buat sadar akan adanya perkembangan-perkembangan dalam gagasan-gagasan Islam serta lembaga-lembaga keagaman di wilayah Melayu Khususnya patani. Dengan adanya para ulama inilah yang mendorong didirikanya lembaga pendididkan Islam tradisional yang dikenal di Patani sebagai pondok dan kemudian dikembangkan ke bagian-bagian semenanjung Malayu berasal dari Patani. Para ulama Patani ini yang semakin kuat peranannya di wilayah ini memeberikan sumbangan besar pada perkembangan pendidikan Islam lebih jauh pondok-pondok tersebut. Dan ulama yang paling terkenal dari Patani diantaranya adalah Dawud  b. 'Abd Allah b. Idris Al-Fatani akan tetapi dia bukanlah orang yang pertama dan satu-satunya ulama dari wilayah ini. Setidaknya dari silsilah Tarekat  tarekat Samaniayah Dawud al-Patani menerima tarekat ini tidak secara langsung dari Muhammad Al Samani, melainkan dari dua ulama Patani lainnya yaitu Ali b. Ishaq Al-Fatani dan Muhammad Shalih  b. 'Abd Al- Rahman Al-Fatani. Mereka datang dari Haramayn lebih dulu dibanding Dawud al Fatani adalah yang paling muda dia antara mereka. [21]

Menurut Abdullah dalam dalam karyanya Syaikh Dawud bin Abdullah Al-Fatani dalam catatannya memberikan angaka kelahiran dari ulama besar ini. Yaitu 1153/1740 dan wafat tahun 1265/ 1847. beliau meninggal di Thaif, dari segi keturunan menurut Abdullah Dawud Al- Fatani itu dilahirkan di Kresik sebuah pelabuhan tua di Patani dimana Maulana Malik Ibrahim salah seorang Walisanga, diriwayatkan mengajarkan Islam sebelum dia pindah ke Jawa Timur disana dia juga membangun pusat pengembanagan Islam yang juga dinamakan Gresik. Dikatakan pula Dawud Al-Fatani mempunyai hubungan leluhur dengan Malik Ibrahim.  Tertapi Abdullah juga percaya, kakak Dawud Al Fatani adalah Faqih 'ali atau Datuk Andi Maharajalela, seorang pageran dari Kesultanan Bone, Sulawesi Selatan yang datang ke Patani pada tahun 1047/1637 dari istana Kesultanan Bone akibat adanya kekacauan politik di Kesultanannya dikemudian hari ia menikah dengan seorang wanita Patani yang  berpengaruh di Kesultanan Patani .[22]

Dawud Al Fatani memperoleh pendidikan awalnya dari ayahnya sendiri akan tetapi menurut Abdullah, Dawud Al Fatani belajar di berbagai pondok di deaerah Patani. Dikemudian hari ia mengadakan perjalanan ke Aceh dimana dia belajar dua tahun dengan Muhammad Zayn  b. Faqih Jalal Al-din Al-Asyi yaitu ulama terkemuka di Kesultanan Aceh pada masa pemerintahan Sultan 'Ala Al-Din Mahmud Syah (1174-95/1760-81). Dari Aceh Dawud Al-Fatani  kemungkinan besar langsung ke tanah suci  di Haramayn dan bergabung dengan murid dari Jawa yang telah ada disana diantara nya mereka adalah Muhammad Shalih b. 'AbdAl_Rahman Al Fatani, 'Ali b. Ishaq Al-Fatani, Al-Falimbani, Muhammad Arsyad, Abd Al-Wahab Al Bugisi, 'Abd Al-Rahman Al Batawi, dan Muhammad Al-Nafis. Diantara para murid itu Dawud Al-Fatani adalah yang paling muda. Semua murid yang lebih tua dia jadikan guru dan setidak-tidaknya membantunya ketika belajar dengan para guru non Melayu.[23] Disamping belajar dari para ulama tersebut  Al Fatani juga belajar dari Muhammad As'ad, Ahmad Al-Marjuqi, dan Ibrahim Al-Ra'is Al-Zamzami Al Makki. Dari Ibrahim Al Ra'is menerima Tarekat Syadziliyah, Ibrahim Al-Ra'is mengambil tarekat ini dari dari Shahih Al Fullani dari gurunya Ibnu Sinnah. Dawud Al Fatani mengambil  tarekat Syathariyah dari Muhammad As'Ad Al Maliki yang menerimanya dari Muhammad Sa'id b. Thahir, yang mengambilnya dari ayahnya Abu Thahir yang mengambilnya dari Ibrahim Al–Kurani yang mengambilnya dari Al Qusyasyi, yang mengambilnya dari ahmad Al- Syinawi yang mengambilnya dari Sibghat Allah.

Disamping itu sebagai pesatnya perdagangan di patani pada zaman pemerintahan para ratu ini terutama sekali karena adanya hubungan dagang dengan para pedagang-pedagang Arab pada abad 16 Patani sudah mencetak mata uang logamnya sendiri hal ini membuktikan bahwa pada abad ke 16 kebutuhan akan hal itu adalah sangat mendesak karena besarnya arus peredaran dan pertukaran mata uang asing di Patani sistim pertukaran mata uang di Patani itu telah berlangsung. Penemuan emas dinar  tahun 1420 dengan ukiran nama Muhammad membuktikan besarnya peranan para saudagar Arab Islam dalam urusan perniagaan dan yang lebih pentingnya yaitu pembuatan senjata sebagai alat bela Negara pada waktu itu tiga pucuk meriem besar yang terbuat dari tembaga dihasilkan di Patani dan diberi nama mereiem Srinegara, meriem Sri Patani dan Mahalela .[24]

6.  Sebab sebab kemerosotan dan kejatuhan kerajaan Islam Patani

a. Sebab dari dalam
Pada masa pemerintahan ratu Kuning telah terjadi beberapa pemberontakan yang di jalankan oleh raja Khali yaitu seorang kerabat raja  untuk merampas kekuasaan sebagaimana telah disebutkan pada pemerintaan ratu Kuning lebih menitik beratkan pada pembangunan  perdagangan dan pertanian hal ini membuka peluang untuk mengambil alih kekuasaan akan tetapi pemberontakan tersebut dapat dipatahkan. Disamping itu juga terjadi persaingan antara pedagang –pedagang asing yang merugikan pihak Patani, tidak ada keturunan yang sah yang dapat mewarisi kerajaan tersebut, terjadinya penghianatan oleh seorang kepercayaa raja.

b. Sebab-sebab dari luar

Siam sudah lama ingin menaklukan Patani dibawah kekuasaannya dan pada masa pemerintahan ratu Ungu dapat dipatahkan akan tetapi pada masa pemerintahan  sultan Mahmud pada kali ini Patani tidak mampu bertahan terhadap serangan tersebut sehingga Sultan Mahmud mangkat dalam penyerangan itu Patani pun mengalami kekalahan, hartanya dirampas dan istananya di bakar. Sejak kejatuhan ini Patani berada dibawah kekuasaan kerajaan Siam.[25]



[1]. Al- Habib Alwibin Thahir al-Al Hadad Sejarah masuk nya Islam Timur Jauh (Jakarta :Lentera, 2001. hlm.139
[2] .Makorseng Kama Sejarah Islam di Patani 1995 hlm 29
[3] .Ibid hlm 30
[4]. http://www.pontianakpost.com
[5] . Makorseng Kama Op .Cit hlm.32
[6].  Ibid Hlm 33
.               [7] Surin pitsuwan Islam di Muangthai Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani ( Jakarta : LP3ES, 1889 Hlm .34
[8]. Makorseng Kama Op.Cit Hlm 35
[9].  Ibid hlm.38
[10].  Ibid
[11] .Ibid hlm. 40
[12]Surin Pitsuan , Islam di Muangthai analisis Patani dan Renaisans Islam di Asia Tenggara ( Jakarta :Pustaka LP3ES, 1989, hal 137.
[13]Ibid hal 138.
[14]. Muhamad  Kamal Hasan , Seminar Internasional tentang Islam di Asia Tenggara (Jakarta :IAIN, 1986) hal 76
[15]. [15]Surin Pitsuan , hal 153.
[16]. www Geogle. Com
[17]. Makorseng Kama Op. Cit hlm 41
[18] http://www.pontianakpost.com
[19] hhttp://www.blogger.com/feedsman
[20].Azyumardi Azra  jaringan ulama dan pembaharuan Islam Ttimur Tengah dan kepulauan Nusantara (Bandung  Mizan1999 ) hal 258 
[21] . Ibid hal 260
[22] .Ibid hal 261
[23] .Ibid Hal 261.
[24]. Makorseng Kama Op.Cit hlm. 45
[25] . Ibid hlm 47

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...